FEAR

5 April 2009

At that very moment, I was tortured by my own fear. I was terribly, and almost abnormally afraid. Aku ingin mundur. Rasanya aku telah menyerah. Menyerahkan impianku. I couldn’t bear the fear anymore.

Aku pernah terperangkap dalam sebuah keterpurukan. Aku pikir aku mulai gila karena sudah memikirkan hal-hal yang gila. Menangis dan ingin berteriak dari atap kos. (Tapi tentu saja bukan mau bunuh diri!)

Tentang impian. About dream. How would u define it? Kau boleh bilang bahwa impian membuat kita hidup, thus we need them so much. Tapi saat itu, saat yang rapuh itu, apa yang kuingat tentang impian? Yang paling kuingat adalah impian itu membangkitkan ketakutan terbesarku. Kali ini aku teringat kata-kata seorang teman, seorang mbak, “Dan itulah ujian.”

At that very moment, I was tortured by my own fear. I was terribly, and almost abnormally afraid. Aku ingin mundur. Rasanya aku telah menyerah. Menyerahkan impianku. I couldn’t bear the fear anymore. Meski aku tahu ketika ku menyerah, luka itu akan semakin menganga. Terngiang-terngiang dalam batinku sendiri ketika itu, “I’m sorry my dream… for my fear is getting stronger, I don’t think I can bear it anymore. Maafkan aku.”

Tapi aku mengingatkan diriku kembali. Bukankah apa yang akan kujalani adalah sesuatu yang mulia di hadapanNya. Kenapa aku harus mundur, hanya karena kelemahanku.

What about you? How would u define dream and fear, which almost come side by side?


Oldest